Selasa, 18 November 2014

Isu/Potensi Alami Menjadi Modal Pokok Perencanaan Dan Perancangan Arsitektur Berkelanjutan


Kebutuhan hidup manusia dalam bentuk fisik seringkali memanfaatkan sumber daya alam, seperti energi dan bahan bangunan tetapi juga memberikan dampak yang seringkali tidak dapat diterima oleh alam. Apalagi dengan jumlah populasi manusia yang berkembang pesat dan kemajuan teknologi yang makin canggih. Hal ini mempercepat turunya kualitas alam dan rusaknya siklus ekosistim didalamnya. Dari sekian banyak kebutuhan manusia dalam bentuk fisik salah satunya adalah bangunan serta sarana dan prasarna sebagai wadah berlindung dan beraktivitas.
Dalam lingkungan alam, terdapat berbagai ekosistim dengan masing-masing siklus hidupnya, dimana siklus hidup setiap mahmuk hidup mempunyai hubungan timbal balik dengan yang organik dan anorganik, demikian juga dengan manusia. Manusia untuk kelangsungan hidupnya juga membutuhkan penunjang kehidupaan yang organik dan anorganik. Yang organik adalah semua yang berasal dari alam dan dapat kembali kealam, tetapi yang menjadi masalah adalah yang anorganik, yaitu penunjang dalam bentuk fisik, seringkali tidak selaras dengan sistim alamiah. Ketidak selarasan dengan sistim yang alamiah dapat memicu berbagai macam perubahan di alam. Oleh karena itu perlu adanya suatu sikap memahami perilaku alam yaitu memperhatikan bagaimana ekosistimekosistim dialam bersuksesi. Sistim-sistim di alam pada umumnya mempunyai siklussiklus tertutup dan apabila dari siklus tersebut mengalami gangguan sampai batas tertentu masih mampu untuk beradaptasi. Tetapi bila sudah melampau batas kemampuan adaptasi, maka akan terjadi perubahan-perubahan, transformasi dan sebagainya. Perubahan siklus di alam akan berdampak pada kualitas hidup manusia.

KESIMPULAN
Pada pendekatan ekologi, ada berbagai macam sudut pandang dan penekanan, tetapi semua mempunyai arah dan tujuan yang sama, yaitu konsep perancangan dengan :
• Mengupayakan terpeliharanya sumber daya alam, membantu mengurangi dampak
yang lebih parah dari pemanasan global, melalui pemahaman prilaku alam.
• Mengelola tanah, air dan udara untuk menjamin keberlangsungan siklus-siklus
ekosistim didalamnya, melalui sikap transenden terhadap alam tanpa melupakan bahwa manusia adalan imanen dengan alam.
• Pemikiran dan keputusan dilakukan secara holistik, dan kontekstual
• Perancangan dilakukan secara teknis dan ilmiah.
• Menciptakan kenyamanan bagi penghuni secara fisik, sosial dan ekonomi melalui sistim-sistim dalam bangunan yang selaras dengan alam, dan lingkungan sekitarnya.
• Penggunaan sistim-sistim bangunan yang hemat energi, diutamakan penggunaan sistim-sistim pasif (alamiah), selaras dengan iklim setempat, daur ulang dan menggunakan potensi setempat.
• Penggunaan material yang ekologis, setempat, sesuai iklim setempat, menggunakan energi yang hemat mulai pengambilan dari alam sampai pada penggunaan pada bangunan dan kemungkinan daur ulang.
• Meminimalkan dampak negatif pada alam, baik dampak dari limbah maupun
kegiatan.
• Meningkatkan penyerapan gas buang dengan memperluas dan melestarikan vegetasi dan habitat mahluk hidup
• Menggunakan teknologi yang mempertimbangkan nilai-nilai ekologi.
• Menuju pada suatu perancangan bangunan yang berkelanjutan.


Dari pemikiran pendekatan diatas akan muncul pertimbangan-pertimbangan yang sangat kompleks dan saling berhubungan secara timbal balik. Oleh karena itu dalam pendekatan ekologis memerlukan pemecahan secara interdisipliner, yaitu keterlibatan berbagai macam disiplin ilmu untuk mendapatkan hasil perancangan yang optimal bagi manusia dan alam.

Contoh Bangunan Yang Menerapkan Eko-Arsitektur



Eko Arsitektur adalah suatu keselarasam antara suatu bentuk masa ( bangunan ) dengan alam atau lingkungan sekitarnya, mulai dari Atmosfer, biosfer , Lithosfer serta komunitas.yang mana semua unsur serta nilai – nilai yang ada dapat berjalan harmoni sehingga dapat di rasakan kenyaman, kemanan,keindahan serta ketertarikan. Eko arsitektur sendiri telah lama di terapkan di eropa, amerika dan Asia tentunya, di mulai dengan merencanakan suatu resort, villa. Lodge, taman, dan lain -lain yang sebagian bertujuan hanya sebagai tempat peristirahatan,rekreasi, camping ground,atau lainnya, sementara nilai – nilai ekologi adalah suatu kewajiban yang di bawa ke dalamnya,teapi sekarang ini setelah semakain banyak timbulnya bencana, nilai nilai ekologi ini di terapkan kembali sebagai suatu prioritas,jadi mungkin dapat kita mengerti bahwa kita dapat memulainya dri lingkungan kita sendiri, baik itu tempat kita tinggal, dan tempat kita bekerja,sehingga ada suatu kenyaman serta kepuasan dengan apa yang telah kita pertahankan untuk menjaga kualitas lingkungan kita.




Pengertian “Eko Arsitektur”



Kata- kata eko Arsitektur, mengandung arti yang sangat kompleks dan mungkin agak sedikit rumit untuk di dapat di pahami, jadi mungkin disini dapat kita urai apa sebenarnya eko dan apa itu Arsitektur
Eko,berasal dari kata ekologi yang artinya adalah lingkungan ( lingkungan yang terpelihara mulai dari Atmosfer, Biosfer, dan Lithosper ), sedangkan Arsitektur adalah, suatu bentuk atau masa, atau juga tata ruang yang terencana secara fungsional yang direncanakan oleh arsitek serta disiplin ilmu lain yang terlibat di dalamnya,jadi dapat di ambil pengertian bahwa Eko Arisitektur selain dari pada bentuk masa bangunan, material, tata ruang atau pun nilai kearifan lokal yang ada, juga adalah kepedulian kita sendiri terhadap bangunan tersebut, bagaimana kita mengartikan fungsi dari pada bangunan tersebut,bagaimana kita mengelolanya, dan bagaimana kita merawatnya

Bangunan Ekologi ( Eco Building )
Bangunan Ekologi ( Eco Building ), sendiri di arahkan lebih Spesifik ke bentuk masa bangunan,Utiitas ( listrik, air, udara, Limbah,sampah ) serta penegasan dari pada material yang di gunakan, dan energi yang di gunakan tapi juga bukan berarti kita tidak boleh menggunakan suatu disain yang modern atau material yang modern pula, hanya di perlukan kesepakatan , kelayakan dan volume yang di gunakan.

Ecolodge ( Penginapan yang Berwawasan Ekologi )
Sedangkan Ecolodge sendiri adalah suatu fasilitas penginapan / akomodasi yang berada di kawasan yang terpelihara dan di lindungi yang di rencanakan sebagai penunjang Industri ekowisata,jadi dapat kita ambil kesimpulan bahwa Ecolodge harus memenuhi setidaknya 3 persyaratan global yang harus kita pahami, yaitu:
1. Perlindungan / pelestarian terhadap budaya dan lingkungan sekitar
2. Manfaat positif yang dapat di berikan kepada komunitas local yang ada di sekitarnya ( Ekonomi, social, dan budaya )
3. Sebagai sumber informasi bagi masyarakat local dan pendatang ( tourits ), dan dari 3 persyaratan tersebut dapat kita rincikan lagi menjadi 10 persyaratan kelayakan Ecolodge sebagai penginapan yang berwawasan ekologi, antara lain :
· Membantu dalam hal konservasi ( perlindungan & pelestarian ) terhadap flora dan Fauna
· Berusaha untuk dapat bekerja sama dengan masyrakat lokal
· Memberikan penerjemahan yang sangat relevan tentang betapa pentingnya alam dan lingkungan serta budaya lokal kepada pengelola sendiri ( karyawan ) dan para pendatang ( tourist )
· Mengerti dan memahami manfaat dari air dan sumbernya serta mengatur dalam penggunaannya
· Memberikan penanganan yang sangat hati – hati terhadap pembuangan ( pengelolaan ) limbah padat, limbah cair, dan sampah
· Menjadikan Energi konvensional sebagai energi yang pasif dan menyediakan pernecanaan terhadap energi alternative yang ramah lingkungan
· Mengggunkan konsep disain Arsitektur Tradisional ( vernacular ),baik dalam segi bentuk, penggunaan bahan, yang bisa saja di kombinasikan dengan segi modern asal tidak mengurangi nilai – nilai yang lingkungan
· Meminmalkan pengaruh – pengaruh negative terhadap lingkungan selama dalam proses pembangunan
· Mewujudkan bentuk fisik yang jelas dan mengandung arti yang spesifik dan dapat juga menerapkan nilai – nilai budaya local
· Memberikan kontribusi dalam pelestarian budaya local, pengembangan, promosi, penddikan dan penelitian terhadap budaya local itu sendiri
.

Sumber : Mehta 99 (International Ecolodge Guidelines)

Bangunan Hemat Energi



ARSITEKTUR HIJAU
Arsitektur hijau, adalah sebuah pendekatan untuk membangun dengan meminimalkan efek yang berbahaya pada kesehatan manusia dan lingkungan. Arsitek atau desainer “hijau” berupaya untuk menjaga udara, air, dan bumi dengan memilih bahan bangunan dan praktek pembangunan yang ramah lingkungan.

Prinsip dasar arsitektir hijau
1. Hemat energi / Conserving energy : Pengoperasian bangunan harus meminimalkan penggunaan bahan bakar atau energi listrik ( sebisa mungkin memaksimalkan energi alam sekitar lokasi bangunan ).
2. Memperhatikan kondisi iklim / Working with climate : Mendisain bagunan harus berdasarkan iklim yang berlaku di lokasi tapak kita, dan sumber energi yang ada.
3. Minimizing new resources : mendisain dengan mengoptimalkan kebutuhan sumberdaya alam yang baru, agar sumberdaya tersebut tidak habis dan dapat digunakan di masa mendatang /
Penggunaan material bangunan yang tidak berbahaya bagi ekosistem dan sumber daya alam.
4. Tidak berdampak negative bagi kesehatan dan kenyamanan penghuni bangunan tersebut / Respect for site : Bangunan yang akan dibangun, nantinya jangan sampai merusak kondisi tapak aslinya, sehingga jika nanti bangunan itu sudah tidak terpakai, tapak aslinya masih ada dan tidak berubah.( tidak merusak lingkungan yang ada ).
5. Merespon keadaan tapak dari bangunan / Respect for user : Dalam merancang bangunan harus memperhatikan semua pengguna bangunan dan memenuhi semua kebutuhannya.
6. Menetapkan seluruh prinsip – prinsip green architecture secara keseluruhan: Ketentuan diatas tidak baku, artinya dapat kita pergunakan sesuai kebutuhan bangunan kita.
CONTOH BANGUNAN HEMAT ENERGI





1.   Semen, keramik, batu bata, aluminium, kaca, dan baja sebagai bahan baku utama dalam pembuatan sebuah bangunan berperan penting dalam mewujudkan konsep bangunan ramah lingkungan. 
2.   kerangka bangunan utama dan atap, sekarang material kayu sudah mulai digantikan material baja ringan. illegal logging akibat pembabatan kayu hutan yang tak terkendali menempatkan bangunan berbahan kayu mulai berkurang .
Baja ringan dapat dipilih berdasarkan beberapa tingkatan kualitas tergantung dari bahan bakunya. Rangka atap dari baja memiliki keunggulan yaitu lebih kuat, antikarat, antikeropos, antirayap, lentur, mudah dipasang, dan lebih ringan sehingga tidak membebani konstruksi dan fondasi, serta dapat dipasang dengan perhitungan desain arsitektur dan kalkulasi teknik sipil.
3.   Kusen jendela dan pintu juga sudah mulai menggunakan bahan aluminium sebagai generasi bahan bangunan masa datang. Aluminium memiliki keunggulan dapat didaur ulang (digunakan ulang), bebas racun dan zat pemicu kanker, bebas perawatan dan praktis (sesuai gaya hidup modern), dengan desain khusus mengurangi transmisi panas dan bising (hemat energi, hemat biaya), lebih kuat, tahan lama, antikarat, tidak perlu diganti sama sekali hanya karet pengganjal saja, tersedia beragam warna, bentuk, dan ukuran dengan tekstur variasi (klasik, kayu).
4.   Bahan dinding dipilih yang mampu menyerap panas matahari dengan baik. Batu bata alami atau fabrikasi batu bata ringan (campuran pasir, kapur, semen, dan bahan lain) memiliki karakteristik tahan api, kuat terhadap tekanan tinggi, daya serap air rendah, kedap suara, dan menyerap panas matahari secara signifikan.
5.   Penggunaan keramik pada dinding menggeser wallpaper merupakan salah satu bentuk inovasi desain. Dinding keramik memberikan kemudahan dalam perawatan, pembersihan dinding (tidak perlu dicat ulang, cukup dilap), motif beragam dengan warna pilihan eksklusif dan elegan, serta menyuguhkan suasana ruang yang bervariasi.
Fungsi setiap ruang dalam rumah berbeda-beda sehingga membuat desain dan bahan lantai menjadi beragam, seperti marmer, granit, keramik, teraso, dan parquet. Merangkai lantai tidak selalu membutuhkan bahan yang mahal untuk tampil artistik.
6.   Konsep ramah lingkungan juga telah merambah ke dunia sanitasi. Septic tank dengan penyaring biologis (biological filter septic tank)berbahan fiberglass dirancang dengan teknologi khusus untuk tidak mencemari lingkungan, memiliki sistem penguraian secara bertahap, dilengkapi dengan sistem desinfektan, hemat lahan, antibocor atau tidak rembes, tahan korosi, pemasangan mudah dan cepat, serta tidak membutuhkan perawatan khusus..
7.   Penggunaan panel sel surya meringankan kebutuhan energi listrik bangunan dan memberikan keuntungan tidak perlu takut kebakaran, hubungan pendek (korsleting), bebas polusi, hemat listrik, hemat biaya listrik, dan rendah perawatan. Panel sel surya diletakkan di atas atap, berada tepat pada jalur sinar matahari dari timur ke barat dengan posisi miring. Kapasitas panel sel surya harus terus ditingkatkan sehingga kelak dapat memenuhi kebutuhan energi listrik setiap bangunan.