Selasa, 06 Januari 2015

Arsitektur Biologis

BAB I
LATAR BELAKANG
Beberapa tahun terakhir, isu pemanasan global menjadi masalah kritis yang semakindisadari oleh banyak manusia di muka bumi. Tidak seimbangnya ekosistem alam, gejalacuaca ekstrem yang semakin sulit diprediksi, dan bencana alam dalam berbagai skala danfenomena mulai menjadi pembahasan hangat di setiap negara. Para pemimpin bangsa diberbagai belahan dunia pun berkumpul untuk membahas masalah pemanasan global ini,sebab bumi ini adalah tempat tinggal manusia bersama, sehingga penyelesaiannya punharus dilakukan bersama-sama. Selain itu, berbagai komunitas dan lembaga swadayamasyarakat yang peduli akan lingkungan menjamur di mana-mana. Mereka membuatgerakan sadar lingkungan.Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kualitas lingkunganhidup adalah dengan menciptakan bangunan yang ramah lingkungan, baik dari segi rancangbangun (desain) maupun material bangunannya . Saat ini bukan waktunya untuk berlomba-lomba membuat bangunan pencakar langit, tetapi lebih dari itu, kita juga perlu memikirkanbangunan yang ramah dengan alam lingkungan, sehingga tercipta keseimbangan alam yang harmonis.
BAB II
A. PENGERTIAN ARSITEKTUR BIOLOGIS
 
Dalam arsitektur dikenal istilah arsitektur biologis, yaitu ilmu penghubung antaramanusia dan lingkungannya secara keseluruhan yang juga mempelajari pengetahuantentang hubungan integral antara manusia dan lingkungan hidup, dan merupakan arsitekturkemanusiaan yang memperhatikan kesehatan.Istilah arsitektur biologis diperkenalkan oleh beberapa ahli bangunan, antara lainProf. Mag.arch, Peter Schmid, Rudolf Doernach dan Ir. Heinz Frick. Sebenarnya, arsitekturbiologis bukan merupakan hal yang baru, sebab sejak ribuan tahun yang lalu nenek moyangkita telah menerapkan konsep dasar dari arsitektur biologis ini, yaitu dengan membangunrumah adat (tradisional) menggunakan bahan-bahan yang diambil dari alam sehingga tidakmencemari lingkungan dan mempertimbangkan rancang bagun yang dapat tahan dengansegala macam ancaman alam, seperti hewan buas dan bencana seperti banjir, longsor,gempa, dan lain-lain. Rumah adat yang berbentuk rumah panggung adalah contoh dariarsitektur biologis masyarakat Indonesia zaman dahulu. Pada peristiwa gempa di Padangtahun lalu, rumah adat ini terbukti lebih kokoh dibanding dengan rumah atau bangunan lain,karena bobotnya yang ringan, terbuat dari bambu dan kayu.Di era modern seperti sekarang, menggunakan arsitektur biologis bukan tidakmungkin, apalagi di saat kondisi bumi mengalami perubahan drastis yang disebabkanpemanasan global. Namun, tentu kita tidak harus membangun bangunan yang sama persisdengan rumah adat, karena kondisi lingkungan saat ini tidak lagi memungkinkan kita untukmembuatnya. Yang mungkin kita lakukan adalah dengan mencoba membuat rancangbangun rumah yang efisien akan sumber daya (seperti listrik) tanpa mengurangi kenyamanbagi penghuni rumah itu sendiri. Selain itu, pentingnya pendekatan ekologis seperti ramahlingkungan, ikut menjaga kelangsungan ekosistem, menggunakan energi yang efisien,memanfaatan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui secara efisien, menekananpenggunaan sumber daya alam yang dapat diperbarui dengan daur ulang dalam membangun lingkungan akan turut meningkatkan kualitas lingkungan hidup. Hal ini menjadikonsep arsitektur biologis saat ini menjadi lebih kontemporer.Arsitektur biologis akan mempergunakan teknologi alamiah untuk menetrasikeadaan kritis alam yang sudah mulai terancam, untuk meningkatkan kualitas kehidupanyaitu kerohanian, dan kualitas bangunan dengan bagian-bagian material. Bahan-bahanbangunan yang digunakan dalam mewujudkan arsitektur biologis adalah bahan-bahanbangunan dari alam, seperti kayu, bambu, rumbia, alang-alang dan ijuk.Perencanaan arsitektur biologis senantiasa memperhatikan konstruksi yang sesuaidengan tempat bangunan itu berada. Teknologinya sederhana, bentuk bangunannya punditentukan oleh rangkaian bahan bangunannya dan oleh fungsi menurut kebutuhan dasarpenghuni dengan cara membangunnya.Arsitektur tradisional merupakan contoh dari arsitektur biologis. Arsitektur inimencerminkan suatu cara kehidupan harmonis, asli, ritmis dan dinamis, terjalin antarakehidupan manusia dan lingkungan sekitar secara keseluruhan. Arsitektur tradisionaldibangun dengan cara yang sama dari generasi ke generasi berikutnya. Arsitektur ini cocokdengan iklim daerah setempat dan masing-masing suku bangsa di Indonesia rupanya telahmemiliki arsitektur tradisional.
B. ARSITEKTUR BIOLOGIS DAN PENERAPANNYA
Melalui konsep arsitektur biologis, para arsitek diajak memahami rumah sebagaisebuah bangunan organis, untuk meningkatkan kualitas kehidupan. Kualitas bangunandengan bagian-bagian material dan rohani menentukan kualitas lingkungan hidup manusia.Bahan-bahan bangunan yang digunakan dalam mewujudkan arsitektur biologis adalahbahan-bahan bangunan dari alam. Bahan bangunan alam yang dapat dibudidayakan lagi,digunakan dalam arsitektur biologis, seperti kayu, bambu, rumbia, alang-alang dan ijuk.Bahan bangunan alamiah yang dapat digunakan lagi menjadi bangun alamiah yang dapatdigunakan lagi menjadi bangun arsitektural adalah tanah liat, tanah lempung dan batu alam.Sedangkan bahan bangunan alam yang diproses pabrik atau industri adalah batu artifisialyang dibakar (batu merah), genting flam, genting pres dan batu-batuan pres (batako).Perencanaan arsitektur biologis senantiasa memperhatikan konstruksi yang sesuaidengan tempat bangunan itu berada. Teknologinya sederhana, bentuk bangunannya punditentukan oleh fungsi menurut kebutuhan dasar penghuni dan cara membangunnya.Bentuk bangunan ditentukan oleh rangkaian bahan bangunannya. Konstruksi bangunanyang digunakan ada yang bersifat masif (konstrtuksi tanah, tanah liat dan lempung),berkotak (konstruksi batu alam dan batu-batu merah), serta konstruksi bangunan rangka(kayu dan bambu). Atas dasar pengetahuan tentang bahan bangunan tersebut, akhirnyatercipta bentuk-bentuk bangunan yang berkaitan dengan sejarah arsitektur.
Arsitektur Tradisional
Arsitektur tradisional merupakan contoh dari arsitektur biologis. Arsitektur inimencerminkan suatu cara kehidupan harmonis, asli, ritmis dan dinamis, terjalin antarakehidupan manusia dan lingkungan sekitar secara keseluruhan. Arsitektur tradisionaldibangun dengan cara yang sama dari generasi ke generasi berikutnya. Arsitektur ini cocokdengan iklim daerah setempat dan masing-masing suku bangsa di Indonesia rupanya telahmemiliki arsitektur tradisional.Bentuk awal rumah bangsa Indonesia pada zaman dulu kiranya masih dapat dilihat didaerah-daerah pedalaman, seperti di Irian Jaya (Papua). Arsitektur yang dimiliki sukuKorowai di Merauke misalnya, meskipun dibangun di atas pohon, tetapi kehidupan dan perencanaan bangunan suku ini selaras dengan alam. Mereka masih menggunakanperalatan dari batu karang dan kayu. Rumah yang dibangun di atas pohon ini paling tidakmenghabiskan waktu 2 tahun untuk penyelesaiannya, dan bisa menampung 4-5 keluarga.Dinding rumah dibuat dari pelepah daun nipah, pohon penghasil sagu. Alas rumah dari kulitkayu balsa yang diserut dengan pisau karang.Bentuk perkampungan dan perumahan di Bali juga mencerminkan suatu carakehidupan harmonis antara manusia dan alam. Bentuk bangunannya disesuaikan denganfungsi dan aktivitas penghuni. Bahan-bahan bangunannya berasal dari bahan alami dandibentuk dengan bantuan konstruksi yang memperhatikan iklim setempat.Ahli biologi dan arsitek Rudolf Doernach kelahiran Stuttgart-Jerman, melihat adakecenderungan dan dorongan kuat, bahwa setiap negara di dunia kini berusahamembangun permahan dan kota masa depan yang memperhatikan masalah penyelamatanlingkungan. Pengotoran udara oleh industri dan kepadatan penduduk di perkotaan, sangatmenghantui banyak negara di dunia. Arsitektur biologis adalah alternatif untukmemperingan kerusakan lingkungan akibat kemajuan teknologi. Disarankan, pembangunanlingkungan harus terdiri dari dinding dan atap hidup yang menyediakan oksida dan energi.Pendidikan arsitektur barat sebenarnya kurang tepat diterapkan di negara-negaraberkembang seperti Indonesia yang memiliki latar belakang kebudayaan berbeda-beda.Karena itu, arsitektur biologis lebih mudah berkembang di Indonesia. Arsitektur baratmodern yang dibangun dengan teknologi tinggi, lebih sering merusak dasar kehidupanmanusia dan lingkungan alamnya.Arsitektur biologis pada dasarnya dibangun dari pembangunan yang bersifat biologisdan berakhir pada pemikiran baru yang lebih mendalam. Dia bersifat ekologis, alternatif dantertuju kepada masa depan dengan kehidupan, pendidikan dan pemukiman yang seimbangdengan alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar